Pemanfaatan Android untuk Pendidikan.

Revolusi Industri Keempat, atau Revolusi Industri 4.0 mengkonseptualisasikan perubahan cepat pada teknologi, industri, dan pola serta proses masyarakat di abad ke-21 karena meningkatnya interkonektivitas dan otomatisasi cerdas. Istilah ini telah digunakan secara luas dalam literatur ilmiah. Pada tahun 2015, istilah ini dipopulerkan oleh Klaus Schwab, pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia. Schwab menegaskan bahwa perubahan yang terlihat bukan hanya dari sekadar peningkatan efisiensi, tetapi mengungkapkan perubahan signifikan dalam kapitalisme industri (Schwab, K. 2016)

Bagian dari fase perubahan industri ini adalah penggabungan teknologi seperti kecerdasan buatan, pengeditan gen, hingga robotika canggih yang mengaburkan batas antara dunia fisik, digital, dan biologis. Selama ini, perubahan mendasar sedang terjadi dalam cara jaringan produksi dan pasokan global beroperasi melalui otomatisasi berkelanjutan dari praktik manufaktur dan industri tradisional, menggunakan teknologi pintar modern, komunikasi mesin-ke-mesin (M2M) skala besar, dan internet berbagai hal (IOT = Internet of Things). Integrasi ini menghasilkan peningkatan otomatisasi, peningkatan komunikasi dan pemantauan diri, dan penggunaan mesin pintar yang dapat menganalisis dan mendiagnosis masalah tanpa perlu campur tangan manusia.

Hal ini juga mewakili pergeseran sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan dari era digital akhir 1990-an dan awal 2000-an ke era konektivitas tertanam yang dibedakan oleh penggunaan teknologi yang serba guna dan umum di seluruh masyarakat (misalnya metaverse) yang mengubah cara manusia mengalami dan mengetahui dunia di sekitarnya. Era revolusi industri 4.0 ini merupakan otomatisasi dan konektivitas sebuah bidang terhadap dunia industri dalam persaingan kerja. Era revolusi industri 4.0 memberi perubahan besar pada struktur mental melalui cara berpikir, cara meyakini, dan cara bersikap termasuk perlunya penyiapan kurikulum pendidikan yang adaptif dengan situasi tersebut (Suwardana, 2021).

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI), menyiapkan Kurikulum Merdeka 2022 sebagai respon menghadapi revolusi industri 4.0. Kurikulum ini bertujuan antara lain untuk membentuk generasi muda bangsa yang kreatif, inovatif, dan kompetitif. Kepada satuan Pendidikan, diberikan kesempatan menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Penerapan Kurikulum Merdeka jalur mandiri atau yang disebut Implentasi Kurikulum Merdeka, merupakan pilihan dan bukan kewajiban. Karena bukan kewajiban, Implementasi Kurikulum Merdeka mengusung konsep belajar mandiri. Konsep belajar mandiri atau konsep sukarela, berarti satuan pendidikan dalam penerapan Kurikulum Merdeka mempelajari secara mandiri atau sukarela, tanpa dukungan anggaran dari pemerintah.

Diberlakukannya Kurikulum Merdeka mengharuskan guru memberikan pendidikan dan pembelajaran sesuai hak siswa. Guru dituntut untuk rajin mengupdate diri dan selalu meningkatkan kemampuan diri agar tak ketinggalan dengan kemajuan teknologi yang serba canggih. Guru dibebaskan untuk bereksperimen  dengan beragam metode dan media pembelajaran, salah satunya dengan inovasi pembelajaran digital dengan menggunakan HP Android. Inovasi pembelajaran digital diharapkan dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Inovasi pembelajaran digital yang menarik, memiliki sifat interaktif yang mengutamakan kerjasama, komunikasi, dan bisa menimbulkan interaksi antar siswa adalah melalui permainan, yang mempunyai karakteristik untuk menciptakan motivasi dalam belajar, yaitu khayalan (fantasy), tantangan (challenges) dan keingintahuan (curiosity) (Irwan dkk, 2019).

Seorang guru atau pendidik pada semua level pendidikan memiliki tugas dan kewajiban yang sama yaitu berinteraksi dengan peserta didik, diantaranya: a. memberikan motivasi peserta didik agar berpartisipasi (engage) aktif selama proses KBM, b. memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk lebih kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat dan minat, c. mengembangkan KBM yang efektif, kolaboratif, inspiratif, menyenangkan, dan interaktif, d. membiasakan peserta didik untuk berkarakter profil pelajar Pancasila. Selain kemampuan pedagogik dan profesional, seorang guru di semua level juga diharuskan mempunyai kemampuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran (modul ajar) yang sesuai dengan karakter peserta didik.

Dalam hal mutu atau kualitas kegiatan belajar mengajar (KBM) sering memunculkan masalah tentang apakah peserta didik senang dalam belajar, dapat berkolaborasi, persamaan hak, kritis dan berfikir kreatif. Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran juga menjadi kendala proses KBM. Pelaksanaan KBM bisa dipandang sebagai kegiatan yang complicated. Seorang guru dituntut mampu 1. Menyusun rencana dan merancang kegiatan pembelajaran termasuk rencana pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL: Project Based Learning). 2. Memilih dan memilah materi ajar, 3. Memperhatikan perbedaan peserta didik dalam melaksanakan KBM, 4. Menentukan Capaian Pembelajaran (CP). Guru yang kurang menguasai materi ajar dan model-model pembelajaran, maka rancangan pelaksanaan pembelajaran (dalam bentuk modul ajar) bervariasi yang disusunnya menjadi kurang bermutu.

Maraknya sistem elektronik learning (e-learning) sangat memudahkan para siswa melakukan pembelajaran tanpa interaksi langsung. Kehadiran smartphone sebagai media pendukung proses belajar menjadi sangat dibutuhkan untuk penerapan sistem tersebut. Disertai dengan internet, kecanggihan smartphone untuk mengakses berbagai macam informasi akan lebih cepat dan mudah. Proses pembelajaran antara guru dan siswa juga akan lebih interaktif.

Berikut merupakan pemanfaatan smartphone sebagai media pembelajaran :
1. E-learning, pembelajaran menyenangkan.
Tanpa kenal ruang dan waktu para siswa dapat belajar meskipun berada di luar kelas. Dengan menjelajahi website e-learning, pembelajaran akan lebih menyenangkan karena disertai video-video tentang materi pelajaran.
2. E-book, mudahnya membaca buku.
Para siswa dapat membaca buku dengan mudahnya menggunakan smartphone, tanpa buku berbentuk fisik. Membaca buku akan lebih menyenangkan karena bisa dilakukan dimana dan kapan saja.
3. Situs pencarian.
Mesin pencarian di internet sangat membantu para siswa dalam mencari sebuah informasi atau materi tentang pembelajaran. Wawasan pengetahuan para siswa akan lebih berkembang dengan memanfaatkan smartphone dengan baik.
4. Media sosial untuk pembelajaran.
Banyak sekali media sosial yang dimanfaatkan oleh guru dan siswa. Misalnya edmodo, aplikasi ini didesain seperti metode di kelas. Disini guru akan lebih aktif berkomunikasi dengan siswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *